Kalau bicara soal pendidikan vokasi pertanian di Indonesia Timur, nama Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari jelas nggak bisa dilewatkan begitu saja. Kampus ini bukan cuma sekadar tempat belajar, tapi juga saksi panjangnya sejarah pengembangan sumber daya manusia pertanian, khususnya di tanah Papua dan kawasan timur Indonesia. Dari masa kolonial hingga era modern sekarang, perannya terus berkembang menyesuaikan kebutuhan zaman.
Lewat artikel ini, kita bakal ngobrol santai tentang perjalanan sejarahnya, program studi yang ditawarkan, sampai sarana dan prasarana yang dimiliki. Cocok banget buat kamu yang penasaran atau sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan di Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari.
Awal Mula Berdirinya: Dari Zaman Belanda Sampai Indonesia Merdeka
Cerita panjang Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari sejatinya dimulai sejak tahun 1961. Waktu itu, pemerintah Belanda mendirikan sebuah lembaga bernama Agrarisch Proefistation Manokwari atau yang dikenal juga sebagai LP3M (Lembaga Penelitian dan Pendidikan Pertanian Manokwari). Tujuan utamanya adalah mendukung riset dan pendidikan di bidang pertanian, mengingat potensi sumber daya alam Papua yang luar biasa besar.
Memasuki tahun 1963, Indonesia berada di masa peralihan kekuasaan dari pemerintah Belanda. Salah satu tantangan terbesar waktu itu adalah minimnya tenaga terampil di sektor pertanian. Kekurangan sumber daya manusia inilah yang mendorong lahirnya Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Manokwari.
SPMA Manokwari resmi berdiri lewat Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 21/MP/65 pada tanggal 30 Januari 1965. Sekolah ini berada di bawah naungan LP3M dan memiliki tiga jurusan utama: Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan. Kepala sekolah pertamanya adalah Trito, yang menjadi tokoh penting dalam fase awal pendidikan pertanian di Manokwari.
Perubahan Nama dan Penguatan Peran Pendidikan Pertanian
Seiring berjalannya waktu, tuntutan pembangunan pertanian semakin kompleks. Pada tahun 1987, SPMA Manokwari berganti nama menjadi Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP) Manokwari dan mulai menempati kampus di Reremi. Nama ini mencerminkan peran yang lebih luas, bukan hanya mencetak lulusan menengah, tapi juga agen pembangunan pertanian di daerah.
Perubahan besar terjadi pada awal 2000-an. Pemerintah menyadari bahwa Indonesia Timur, termasuk Papua, sangat membutuhkan tenaga penyuluh pertanian yang profesional dan berdaya saing. Menjawab kebutuhan tersebut, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2002, status SPP Manokwari resmi ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Manokwari.
STPP Manokwari didirikan pada 13 Agustus 2002 dan diresmikan pada 24 Februari 2003. Saat itu, jabatan pelaksana tugas ketua diemban oleh Ir. Dominggus Buiney. Sejak saat itulah lembaga ini makin serius fokus pada pendidikan tinggi vokasi pertanian.
Resmi Jadi Polbangtan: Transformasi Menuju Pendidikan Vokasi Modern
Puncak transformasi terjadi pada 18 September 2018. Pada tanggal tersebut, Menteri Pertanian RI Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman meresmikan Politeknik Pembangunan Pertanian secara nasional. Sejak itu, STPP Manokwari resmi berganti nama menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari.
Perubahan ini bukan sekadar soal nama, tapi juga sistem pendidikan. Polbangtan dirancang untuk mencetak lulusan yang siap kerja, memiliki keterampilan praktis, dan mampu menjawab tantangan dunia pertanian modern. Semua itu diperkuat dengan terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2018 tentang organisasi dan tata kerja Polbangtan, serta Permentan Nomor 36 Tahun 2018 tentang statuta Polbangtan.
Sejak resmi menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, kampus ini terus meningkatkan kualitas pembelajaran, tata kelola institusi, serta kemitraan dengan berbagai pihak.
Daftar Pimpinan dari Masa ke Masa
Perjalanan panjang tentu nggak lepas dari peran para pimpinan yang pernah memegang kendali. Sejak berstatus STPP hingga menjadi Polbangtan, sudah ada delapan pimpinan yang mengarahkan kebijakan kampus, yaitu:
- Ir. Dominggus Buiney (2002–2006)
- Ir. Josephine Hutauruk, M.Sc (2006–2008)
- Dr. Ir. Zainal Arifin, MP (2008–2010)
- Dr. Drs. Susanto, MS (2010–2016)
- Dr. Ir. Syaifuddin, MP (2016–2017)
- Dr. drh. Maya Purwanti, MS (2017–2018)
- drh. Purwanta, M.Kes (Direktur 2018–2024)
- Dr. Oeng Anwarudin, S.Pt., M.Si (Direktur mulai 18 Juli 2024 hingga sekarang)
Setiap pimpinan punya kontribusi masing-masing dalam membesarkan Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari hingga seperti sekarang.
Program Studi: Fokus pada Kebutuhan Nyata Lapangan
Sebagai perguruan tinggi vokasi, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari menawarkan program studi yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Saat ini, ada tiga program studi unggulan:
- Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Prodi ini membekali mahasiswa dengan kemampuan komunikasi, pendampingan masyarakat, dan pengembangan pertanian yang ramah lingkungan. Lulusannya diarahkan menjadi penyuluh profesional yang paham teknologi sekaligus kondisi sosial petani.
- Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
Program studi ini fokus pada sektor peternakan modern, kesehatan hewan, dan kesejahteraan ternak. Cocok buat kamu yang tertarik mendampingi peternak secara langsung di lapangan.
- Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan
Di prodi ini, mahasiswa belajar dari hulu ke hilir: mulai dari pembibitan, budidaya, pemeliharaan, hingga pascapanen tanaman perkebunan. Sangat relevan dengan potensi perkebunan di Papua Barat.
Ketiga program studi tersebut memperkuat positioning Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari sebagai pusat pendidikan vokasi pertanian di kawasan timur Indonesia.
Sarana dan Prasarana
Kampus Reremi: Pusat Administrasi dan Pembelajaran
Bangunan Kampus utama Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari berada di Reremi, tepatnya di Jalan SPMA, Manokwari, Papua Barat. Kampus ini menjadi pusat administrasi sekaligus kegiatan belajar mengajar.
Di Kampus Reremi, tersedia berbagai fasilitas seperti gedung perkantoran, ruang kelas, laboratorium, asrama mahasiswa, rumah dinas pegawai, serta sarana pendukung lainnya. Total luas lahan kampus ini mencapai sekitar 11,8 hektare, cukup luas dan nyaman untuk kegiatan akademik.
Lahan Praktik Andai: Belajar Langsung di Lapangan
Selain kampus utama, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari juga memiliki Lahan Praktik Andai yang berlokasi di Distrik Manokwari Selatan. Area ini menjadi pusat kegiatan praktik mahasiswa.
Dengan luas sekitar 82,95 hektare, lahan ini memungkinkan mahasiswa belajar langsung di kebun, kandang, dan area produksi nyata. Di sini juga tersedia ruang kelas, asrama, serta fasilitas pendukung lainnya. Konsep belajar sambil praktik inilah yang jadi ciri khas pendidikan vokasi di Polbangtan.
Asrama Mahasiswa yang Representatif
Buat mahasiswa dari luar daerah, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari menyediakan fasilitas asrama. Total ada enam unit asrama putra dan putri yang tersebar di Kampus Reremi dan Lahan Praktik Andai, ditambah satu unit khusus untuk kegiatan praktik.
Setiap asrama mampu menampung sekitar 40 mahasiswa, dengan total kapasitas mencapai 303 orang. Fasilitas ini sangat membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Guest House dan Aset Negara
Selain asrama, Polbangtan Manokwari juga memiliki rumah singgah atau guest house yang terletak di Kampus Reremi. Bangunan ini digunakan untuk tamu-tamu institusi, baik dari dalam maupun luar daerah.
Seluruh aset tanah maupun bangunan yang dimiliki Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari merupakan aset negara yang tercatat resmi di bawah Kementerian Pertanian dan sudah bersertifikat.
Penutup
Dengan sejarah panjang, program studi yang relevan, serta fasilitas yang mendukung praktik nyata, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari bukan sekadar perguruan tinggi biasa. Kampus ini menjadi salah satu pilar penting dalam mencetak generasi muda pertanian yang siap terjun langsung ke masyarakat.
Bagi kamu yang ingin berkarier di sektor pertanian, peternakan, atau perkebunan, terutama di wilayah Indonesia Timur, Polbangtan Manokwari bisa jadi pilihan tepat untuk menimba ilmu sekaligus membangun daerah.
Baca artikel lainnya